Bagi kalangan yang bukan Etnis Cina seringkali terjadi kebingungan untuk menyebut orang Cina dengan sebutan Etnis Cina atau Tionghoa.Beberapa penelitian dilakukan terhadap mahasiswa dan siswa SMU Etnis Cina, sebagian mengubah kata Cina dengan Tionghoa.Budiman (1998) sebagai orang keturunan Cina sendiri mengakui bahwa di kalangan Etnis Cina ada keinginan mengganti istilah Cina dengan Tionghoa,terutama setelah berakhirnya Soeharto,dimana istilah Cina merupakan ‘hukuman’ yang diberikan pemerintahan Orde Baru untuk menggantikan sebutan Tionghoa ,orang Cina dianggap sebagai agen pemerintah yang turut mendukung pemberontakan G30S PKI.Hal ini merupakan indikasi proses pencarian identitas diri yang belum tuntas di kalangan masyarakat etnis Cina di Indonesia.
Jika dibandingkan dengan keadaan orang-orang Cina di negara tetangga seperti Philipina ataupun Thailand,orang Cina sudah berakulturasi dan menjadi warga pribumi, maka kedudukan etnis Cina di Indonesia nampaknya belum menemukan format yang pas.Sementara terhadap etnis pendatang lain seperti Arab,India,istilah non pribumi ini nampaknya tidak berlaku.Walaupun orang Cina sudah beranak cucu di Indonesia dalam kurun waktu yang lama,sampai saat ini diibaratkan orang Cina hanya diterima di beranda depan rumah dan belum diterima di dalam rumah sebagai keluarga sendiri.
Mempertahankan identitas sebagai orang Cina bukan persoalan yang mudah, karena ke-Cina-an lekat dengan berbagai citra yang kurang menguntungkan di mata etnis pribumi maupun kalangan birokrasi pemerintahan.Contohnya terlihat pada kalangan aparat dan birokrasi pemerintahan,sampai sekarang mereka masih menggunakan cara lama dengan perlakuan diskriminatif terhadap etnis Cina misalnya status kewarganegaraan.
Dalam mempertahankan identitas sosial dan memperbaiki citra jika ternyata identitas sosialnya sedang terpuruk.Dalam konteks kelompok,masyarakat, upaya mencapai identitas sosial positif dicapai melalui :
1)mobilitas social.
adalah perpindahan invidividu dari kelompok yang rendah ke kelompok yang tinggi.Hanya mungkin terjadi jika peluang untuk berpindah itu cukup terbuka.Namun demikian jika peluang untuk mobilitas sosial tidak ada, maka kelompok bawah akan berusaha meningkatkan status sosialnya sebagai kelompok.Pilihan pertama dengan menggeser statusnya ke tingkat lebih atas. Kalau kemungkinan ini tidak ada,maka meningkatkan citra mengenai kelompok agar kesannya tidak terlalu jelek. (Hogg dan Abram, 1988; Sarwono, 1999)
2) perubahan sosial.
yaitu dengan memperbaiki citra.Salah satunya dengan menggeser orientasi yang berorientasi tradisionil menjadi yang berorientasi nasional.Hal ini lebih banyak berkembang di kalangan generasi muda,dimana mereka sudah begitu menguasai adat istiadat Cina tradisionil.
Dalam upaya menemukan kembali citra identitas sosial yang positif,Etnis Cina menggunakan modus yang variatif.Semenjak pemerintahan Gus Dur, keberadaan kaum etnis Cina sudah tidak lagi seperti dulu yang dihina dan dikucilkan.Kini mereka dihargai dan dihormati.Bahkan hari raya mereka pun kini telah dianggap sebagai hari libur nasional dan juga mereka dapat merayakan hari besarnya dengan terang-terangan.
Info dikutip dari :
Sumber: http://www.unika.ac.id
Oleh: DP. Budi Susetyo
By : Deby Oktavia (10-05-2010)
Jika dibandingkan dengan keadaan orang-orang Cina di negara tetangga seperti Philipina ataupun Thailand,orang Cina sudah berakulturasi dan menjadi warga pribumi, maka kedudukan etnis Cina di Indonesia nampaknya belum menemukan format yang pas.Sementara terhadap etnis pendatang lain seperti Arab,India,istilah non pribumi ini nampaknya tidak berlaku.Walaupun orang Cina sudah beranak cucu di Indonesia dalam kurun waktu yang lama,sampai saat ini diibaratkan orang Cina hanya diterima di beranda depan rumah dan belum diterima di dalam rumah sebagai keluarga sendiri.
Mempertahankan identitas sebagai orang Cina bukan persoalan yang mudah, karena ke-Cina-an lekat dengan berbagai citra yang kurang menguntungkan di mata etnis pribumi maupun kalangan birokrasi pemerintahan.Contohnya terlihat pada kalangan aparat dan birokrasi pemerintahan,sampai sekarang mereka masih menggunakan cara lama dengan perlakuan diskriminatif terhadap etnis Cina misalnya status kewarganegaraan.
Dalam mempertahankan identitas sosial dan memperbaiki citra jika ternyata identitas sosialnya sedang terpuruk.Dalam konteks kelompok,masyarakat, upaya mencapai identitas sosial positif dicapai melalui :
1)mobilitas social.
adalah perpindahan invidividu dari kelompok yang rendah ke kelompok yang tinggi.Hanya mungkin terjadi jika peluang untuk berpindah itu cukup terbuka.Namun demikian jika peluang untuk mobilitas sosial tidak ada, maka kelompok bawah akan berusaha meningkatkan status sosialnya sebagai kelompok.Pilihan pertama dengan menggeser statusnya ke tingkat lebih atas. Kalau kemungkinan ini tidak ada,maka meningkatkan citra mengenai kelompok agar kesannya tidak terlalu jelek. (Hogg dan Abram, 1988; Sarwono, 1999)
2) perubahan sosial.
yaitu dengan memperbaiki citra.Salah satunya dengan menggeser orientasi yang berorientasi tradisionil menjadi yang berorientasi nasional.Hal ini lebih banyak berkembang di kalangan generasi muda,dimana mereka sudah begitu menguasai adat istiadat Cina tradisionil.
Dalam upaya menemukan kembali citra identitas sosial yang positif,Etnis Cina menggunakan modus yang variatif.Semenjak pemerintahan Gus Dur, keberadaan kaum etnis Cina sudah tidak lagi seperti dulu yang dihina dan dikucilkan.Kini mereka dihargai dan dihormati.Bahkan hari raya mereka pun kini telah dianggap sebagai hari libur nasional dan juga mereka dapat merayakan hari besarnya dengan terang-terangan.
Info dikutip dari :
Sumber: http://www.unika.ac.id
Oleh: DP. Budi Susetyo
By : Deby Oktavia (10-05-2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar